Headlines News :
Home » , » Sepenggal Cerpen

Sepenggal Cerpen

Written By Ryan Ariyanto on Minggu, 18 November 2012 | 07.29

03 Jam Bersama Putri
Pemimpi Bodoh Minggu 07 Okt 2012
Pengalaman adalah guru yang paling berharga, begitulah kalimat yang biasa diucapkan, entah untuk kepentingan seni permainan lidah atau sebagai kiasan dalam nasehat, atau apalah kepentingannya, yang pasti kalimat ini memang benar-benar manjur.  Kau tak percaya, kalau aku percaya, sedikit banyak aku belajar dari pengalaman lengkap pahit manisnya dan ku rasa yakin kaupun begitu. Tapi kali ini aku sedang tak ingin bercerita tentang pengalamanku, terserah kau suka atau tidak kawan, tapi aku tetap akan membaginya padamu. Ya ini tentang sahabatku kawan, Putri namanya, kukenal dia setahun yang lalu bulan september 2012 saat awal masuk kuliah kami memang beda fakultas tapi cukuplah saling mengenal. Kenapa kubersikeras membagi ceritanya padamu? Karena darinya kau kan tau kawan, pahit manisnya kehidupan? Nanti kanku ceritakan satu per satu apa saja yang pahit dan yang manis itu kawan, saat ini cukuplah kau tau siapa dia secara singkat yang ku dengarkan dari cerita hidupnya selama 03 jam itu kawn. It is true story, ya benar ini kisah nyata, tak perlu tegang, santai saja.
Sambil menunggu matahari terbenam aku dan putri duduk santai di sebuah jembatan panjang yang telah di alih fungsi itu. Memang konyol, menunggu matahari di jembatan padahal dari manapun, juga dari jendela kamar kos ku yang kecil itupun matahari akan tetap terbenam jika memang sudah waktunya. Tapi kau pasti taukan alasanya? Benar sekali kawan, nuansa damai air sungai, kesibukan para penambang pasir, mobil truk yang antri muatan, petani membawa hasil panen padinya, tukang sate keliling, serta sesekali kereta api yang lewat di jembatan tepat di depan pandangan kami dan suasana remang-remang sedikit mendung menjadi daya tarik romantisme. Dari keindahan dan romantisme yang diciptakan oleh alam dan lingkungan ku dapatkan segaris waktu sejarah tentang Putri, dengan hikmat dan tanpa beban ia bercerita, senang betul tanpa ragu. Ku mulai saja kawan, menuliskannya untukmu, tapi kan ku enter dulu untuk membuat paragraf baru.

Seperti halnya gadis-gadis dan pejantan-pejantan kampus, pastilah ada yang menjadi idola sorotan lawan jenis, atau justru menjadi bagian yang menyoroti lawan jenisnya? Nah di manakah kau berada kawan? Menjadi idola atau pengagum berat sang idola? Kalau aku kau ijinkan untuk jujur aku tidak berada di keduanya, menjadi mahasiswa biasa-biasa saja secara fisik dan materi lebih menyejukan hati dan perasaan. Kau tau kenapa? Karena kaum seperti ini adalah mayoritas darinyalah tercipta yang menonjolkan diri. Nah aku sudah jujur, terserah kau mau terima atau tidak. Ah sudahlah, hampir saja ku lupa tujuanku menekan enter tadi, oke kembali kepada sahabatku Putri, penjabaran secara umum dia juga bukan idola tapi juga bukan minoritas, entah apa namanya yang pasti banyaklah pejantan-pejantan kampus yang menandainya. Ya tanda incaran bendera kasih sayang kawan, lebih tepatnya obsesi dan nafsu seorang pejantan tangguh. Ku katakan jujur saja kawan, karena begitulah yang sering menjadi top topik di forum tak resmi pejantan tanguh jika membicarakan sosok Hawa. Putri juga bagian dari kaum Hawa mayoritas yang menjadi sorotan obsesi para pejantan playboy, lebih tepatnya para pengecut yang bersembunyi di balik omong besar dan karnaval caci maki rayuan gombal. Untung saja ia tak menjadi bahan taruhan, yang murah pula nominalnya. 
 Sebagai ABG tahap kedua pasca cinta abu-abu Putripun kembali merasakan berbagai serangan surat lamaran cinta, entah itu tulus atau akal bulus tetap saja kodratnya sebagai wanita ia senang sekali disanjung dan di besar-besarkan. Dan tanpa sadar terlelap dalam hembusan nafas-nafas pejantan playboy, tentang bagian ini kan kuceritakan nanti, lengkap di sesi selanjutnya.

Baiklah, kita lupakan perjalanan Putri dan pejantan playboy itu. Perlu ku ceritakan padamu kawan, sebenarnya ada sosok yang luar biasa di kehidupan sahabatku ini, ya dia kekasihnya sebut saja Hero karena memang ia laksana super hero yang di kirimkan untuk sang Putri. Tanpa kulebih-lebihkan kawan, baik benar dan mulia hati Adam yang satu ini, ia selalu ada di saat duka, tapi saat suka ku takpernah melihat kemunculannya, aneh memang. Yang membuatku merinding bukan karena takut atau cuaca dingin sore itu, tapi saat Putri berkata bahwa cobaan-cobaan yang mereka hadapi maha dahsyat kawan, usaha pihak ke tiga memisahkan mereka sudah merambah pada ilmu hitam, ya benar sekali kawan “dukun”. Ah kau tahan dulu, jangan tegang nanti juga kan ku ceritakan pada sesi selanjutnya, utuh semua tentang Hero sang Putri, untuk saat ini cukuplah kau tau pendahuluannya saja.

Masih tentang Putri kawan, sedikit kuberi tau tentang kehidupannya dalam keluarga kawan. Jujur saja, aku memang lebih beruntung dari sahabatku ini, aku mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuaku, sedang ia harus merasakan pahit sakitnya perceraian. Mau tidak mau juga mencicipi yang disebut ibu tiri dan ayah tiri. Memang benar kawan, walau tidak semuanya tapi tetap saja yang namanya tak sedarah, tak mengadung kan berbeda perlakuannya. Bukan hanya itu kawan, jika aku sedari kecil tinggal dalam peluk hangat keluarga, putri kecil beranjak gede sudah harus ikut pamanya kawan, jauh dari orang tua dan di sini tentu tidak nikmat kawan, tak lebih ia menjadi seorang pekerja bagi pamanya, hanya cita-cita dan keinginan menjadi orang yang berpendidikan ia mampu bertahan. Sampai pada saat ia kembali ke pangkuan ayah kandungnyapun nasib belum memberi peruntungan, masalah demi masalah terus menghampiri, hingga nasib membawanya ke beranda rumah Ibu yang mengandungnya, tapi di beranda inilah cerita Putri semakin sakit, perih tak terkira. Dan di Jembatan panjang itu saat Putri menceritakan perihnnya ku lihat raut kesedihan mengalir, rasanya ingin ku meminta ia berhenti bercerita, tapi bibir tegar itu terus saja mengalirkan suara perih. Nanti kanku ceritakan padamu kawan, tentang Putri Kecil hingga ia yang sekarang, yang masih saja di selimuti perih. Saat ini cukuplah kau bayangkan perih itu, tapi jangan kau menjadi lemah.

Sebenarnya, sungguh banyak yang inginku jadikan pendahuluan dalam 03 Jam Bersama Putri, tapi cukuplah bagian-bagian penting dan tanpa sensor diatas menjadi gambaran bagimu, karena nanti, ku berjanji kan menceritakan padamu satu per satu. Dan ku beri satu rahasia kawan, saat ku lihat wajah tegar itu mulai meredub, eku takut kawan. Aku takut tak bisa menenangkanya, dan kau tau rahasia menenangkan wanita saat ia bersedih? Benar sekali kawan, memeluknya. Jangan kau goda aku kawan, ku takan kuat melakukan itu, sekali lagi bukan karena aku feminim, tapi nanti kau kan tau dengan sendirinya, di mozaik-mozaik coretan pemimpi bodoh ini kawan. Oleh karenanya, jika kau ingin merasakan peluk hangat, buatlah moment yang menyedihkan, yang menyayat, mengiris perih hati. Jika kau tega, kau tak ubahnya pejantan pecundang kawan. Kenapa? Karena kau telah merencanakannya. Sudahlah terserah kau saja jika kau bersikeras untuk mencobanya, tapi ku pastikan itu kan berhasil. Bukan aku menguruimu kawan, tapi aku telah membuktikannya, walau aku tak mau melakukannya.
Nembob_Pemimpibodoh
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Maharaja Effendy | Indonesian Entrepreneur Coffee Shop
Copyright © 2012. Taman Baca Mapemda - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger