Headlines News :
Home » , , » Ayo Bangun Taman Baca Desa

Ayo Bangun Taman Baca Desa

Written By Ryan Ariyanto on Rabu, 28 November 2012 | 21.44




Membaca  tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Membaca digunakan oleh manusia untuk menggali ilmu pengetahuan dan informasi. Membaca mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu, dengan membaca akan membuat manusia mampu menggunakan kemampuan analisis, imajinatif serta memberi stimulus untuk selalu obyektif dalam menilai segala hal yang bertumpu pada pemikiran para ilmuwan. 

Salah satu keberhasilan dari membaca adalah melahirkan individu yang mampu belajar secara mandiri. Dalam hal ini, individu mampu menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap apa yang di bacanya. Oleh sebab itu, diperlukan media pelajaran (buku penunjang) yang dapat memberikan cakrawala bagi kehidupan manusia. Penunjang pelajaran yang baik tentunya mampu mengakomodasi kemampuan individu dalam mengembangkan aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

logo baru Taman Baca Mapemda
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat individu membaca buku penunjang, buku tersebut hendaknya, mampu mengejawantahkan kemampuan pribadi dan kelompok sesuai dengan usia atau tingkatan individu (kelas). Hal ini berhubungan dengan prinsip bahwa membaca bukan semata teori yang harus dihafal, namun membaca juga merupakan media yang dapat memberi hiburan dan kesenangan tersendiri atas apa yang di bacanya.

Perjalanan saya bersama “Mahasiswa Peduli Masyarakat Desa (MAPEMDA)” yang merupakan gerakan sadar mahasiswa untuk mengabdikan diri kepada masyarakat sebagaimana fungsi kaum intelektual seharusnya untuk memanusiakan manusia lainnya. Dari perjalanan dan riset di berbagai desa-desa di Jawa Tengah umumnya salah satu kendala yang menghambat individu atau masyarakat untuk dapat menerapkan budaya membaca adalah kurangnya wadah atau sarana yang menyediakan buku-buku bacaan, terlebih pada masyarakat pedesaan yang letaknya jauh dari toko-toko buku dan perpustakaan. Selain itu keadaan ekonomi masyarakat desa juga menjadi pertimbangan mengapa mereka kemudian tidak peduli akan pentingnya budaya membaca baik bagi mereka atau generasi penerus, anak dan cucu mereka. Sungguh ironi dan menyakitkan hati jika kita harus berdiam diri melihat kenyataan pahit ketimpangan hidup desa-kota.

Permasalahan didesa yang selalu berkaitan dengan ekonomi tentu menjadi masalah yang serius. Bagaimana tidak saat sebuah desa yang penduduknya tidak lagi mempercayai tanah kelahirannya mampu memberikan kehidupan, memaksa diri untuk keluar mencari peruntungan, pertanyaannya adakah bekal ilmu ia bawa? Tentu tidak, nekat dan berpegang pada satu keyakinan bahwa tuhan itu ada. Pemuda desa kini tidak lagi ingin menjalani hidup di desa, kota terlalu manis melambaikan tangan, mengiurkan yang pada akhirnya memberi kesengsaraan karena tidak mampu bersaing. Sungguh desa berpotensi, namun mata telah tertutupi akan kurangnya pengetahuan untuk mengembangkan diri.

Permasalahan ekonomi muncul tentu beriringan pula munculnya masalah sosial lainnya. Dalam perjalanan saya di desa-desa di daerah Jawa Tengah, ada yang mengiris hati kecil saya. Betapa tidak saat saya menjumpai seorang gadis belia, usia di bawah umur sedang menyusui bayi kecil yang lucu, yang dimatanya terpancar keputusasaan. Pernikahan dini ternyata, lulusan sekolah dasar (SD) sudah harus mengarungi kerasnya dinamika rumah tangga, ini prestasi kemunduran. Mengapa semua ini terjadi, tidak lain karena faktor ekonomi, yang membutakan mata bahwa kehidupan didepan masih panjang, masih ada harapan untuk lebih baik. Dan mengapa masalah ekonomi muncul kepermukaan, tidak lain karena lemahnya pendidikan, kurnganya kesadaran akan pentingnya pendidikan. Dan pendidikan itu tidaklah selalu lisan namun juga di sampaikan melalui tulisan, membaca tentu menjadi hal pokok dalam memenuhi pundi-pundi ilmu.

Berlatar belakang semua itu muncul inisiatif dalam rangka pengembangan pendidikan untuk mendirikan taman baca desa . Dengan keberadaan taman baca tersebut secara umum masyarakat dari berbagai golongan baik pelajar, guru, petani, pedagang, dan masyarakat umum dapat terbantu dalam memenuhi kebutuhan informasi, pengetahuan, bimbingan, hiburan dan lain sebagainya melalui buku yang disediakan. untuk memenuhi tuntutan dan kepuasan masyarakat untuk memperluas khazanah keilmuan. Dalam perkembangannya taman baca desa tidak hanya memberikan layanan dalam hal pemberian kemudahan dalam konsumsi buku bacaan namun juga memberikan wadah diskusi, bimbingan belajar membaca,  bimbingan belajar mandiri, dan pengembangan wirausaha desa yang semuanya dilaksanakan secara gratis bagi pelajar dan masyarakat umum. Memang terihat kecil, namun diyakini bahwa dari yang kecil inilah kita bisa meIndonesiakan Indonesia, sebuah bangsa yang bermartabat, sama rata, sama rasa dan memiliki hak untuk berkembang yang sama pula.

Tentu jalan juang individu berbeda-beda, terutama mahasiswa. Ada diantaranya yang berjuang melawan terjalnya kebijakan pemerintah, ada yang berjuang dalam pengembangan riset dan penelitian untuk bangsa dan ada yang mengabdikan diri untuk masyarakat. Dan yang perlu di garis bawahi bahwa negeri ini dapat bernafas dari udara rakyat melalui pajak yang mereka berikan, sudah barang wajib hukumnya kita berbuat untuk rakyat. Dan dalam hal ini masyarakat pedesaanlah yang memerlukan rasa kepedulian kita akan pendidikan. Jika setiap desa memiliki satu gerakan budaya membaca yang dikoordinasi dengan baik dan penuh rasa keinginan memajukan bangsa ini, maka pastilah kita menjadi bangsa yang lebih maju. Mahasiswa adalah manusia yang sadar maka mari bangun dari mimpi dan ciptakan mimpi.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Maharaja Effendy | Indonesian Entrepreneur Coffee Shop
Copyright © 2012. Taman Baca Mapemda - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger